F35 MOGOK GA BISA TERBANG, RUSIA KEBANJIRAN PEMBELI SU 35 DAN CHEKMATE
Rencana Indonesia untuk mendaratkan su 35
selalu mendapatkan ancaman dari Negara raja embargo, siapa lagi kalo bukan
Negara paman syam. Dibalik ancaman untuk Indonesia ternyata usa menawarkan agar
menggantinya dengan f35 miliknya, namun beruntung kita kekeh tidak memilih f35
yang harganya selangit itu. Jika kita deal dengan f35 kita akan menyesal sampai
sesak dada,pasalnya kini Puluhan jet siluman F-35 terpaksa hanya bisa nongkrong di pangkalan karena
problem perawatan dan suku cadang, maupun menunggu pembaruan modul mesin.
Seorang pejabat yang bertanggung jawab untuk program pesawat tempur joint strike fighter ini mengungkapkan kalau hampir satu dari setiap
tujuh unit pesawat itu yang kini tidak bisa terbang.
“Sebanyak 46 pesawat F-35 Amerika yang
tersebar di dunia kini sedang berstatus ‘Mission Impaired Capability Awaiting Parts' atau MICAP. Itu artinya mereka tidak akan bisa
menjalani misi apapun sampai pesawat diperbaiki,” kata Letnan Jenderal Angkatan
Udara Amerika Serikat, Erick Fick, Kepala Kantor Program F-35, di
depan parlemen Amerika, Selasa pekan lalu, 13 Juli 2021.
Fick
merinci, dari 46 pesawat, sebanyak 41 di antaranya berasal dari jenis F-35A
milik Angkatan Udara, satu F-35C milik Angkatan Laut, dan satu F-35 milik
Marinir. Sisanya, tiga pesawat, adalah yang tergabung di negara lain, yang
membelinya dari AS juga sedang mengantre.
Sejumlah
faktor berada di balik status MICAP puluhan jet tempur berkemampuan terbang
supersonik itu. Pertama adalah pandemi Covid-19 yang telah menghambat rantai
suplai internasional untuk program F-35 global, mulai dari pabrikasi suku
cadang sampai pengapalan.
Mesin
F135 di pesawat tempur F-35 juga ternyata membutuhkan pemeliharaan lebih cepat
daripada yang diperkirakan sebelumnya. Mesin F135 ditemukan menimbulkan panas
yang menyebabkan bilah kipas pada turbin retak, sehingga harus ada penggantian
komponen itu yang lebih cepat.
Masih
ada faktor ketiga yakni, cabutnya Turki dari program F-35 global. Negara ini
sebenarnya termasuk pendukung program F-35 sejak awal. Tapi, belakangan, Turki
malah beralih membeli rudal jarak jauh darat-ke-udara S-400 milik Rusia.
Kontan
saja Amerika Serikat dan NATO memprotes, menyebut kebijakan pembelian senjata
oleh Turki itu tak sesuai dengan statusnya sebagai sekutu NATO. Dan, bisa
membocorkan rahasia F-35. Turki menolak membatalkan pembeliannya dan
dikeluarkan dari program jet tempur itu sejak 2019 lalu.
Masalah
berikutnya muncul karena industri penerbangan Turki bertanggung jawab
memproduksi hampir 900 item suku cadang F-35. Dari 900 itu, sebanyak 188 di
antaranya adalah termasuk komponen mesin. Produksi itu bukan untuk kebutuhan
dalam negeri, tapi juga seluruh F-35 yang ada di dunia.
Lockheed
Martin dan Program F-35 harus segera mencari
sumber alternatif untuk suku cadang yang sama, dan mereka berharap sudah bisa
mengatasi problem ini tahun depan. Itu artinya puluhan pesawat masih akan
menunggu sampai tahun depan juga untuk bisa terbang. Bahkan beberapa pakar
khawatir sebanyak total 20 persen armada pesawat tempur F-35 global bakal
dikandangkan sementara mulai 2025.
Tahun sebelumnya f35 juga pernah mengalami
kendalai yang berarti yang menyebabkan jet tempur ini harus istirahat sejenak. Produsennya,
Lockheed Martin, mengatakan kondisi itu terungkap setelah ditemukan kerusakan
pada salah satu sistem yang digunakannya untuk melindungi diri dari petir.
Untuk terbang dengan aman dalam kondisi badai petir, F-35 bergantung pada Onboard Inert Gas Generation
System atau OBIGGS yang memompa udara yang diperkaya nitrogen
ke dalam tangki bahan bakar untuk mematikannya. Tanpa sistem ini, jet tempur
generasi kelima yang terkenal mahal dan canggih bisa meledak jika disambar
petir.
Komentar
Posting Komentar